Kemaren sore, aku berkesempatan untuk silaturahmi ke rumah ustadz sekaligus dosenku. Kunjungan ini memang tidak direncanakan jadi, persiapannya pun seadanya. Ceritanya, ketika sedang asyik ngobrol dengan seorang teman sehabis shalat ashar di masjid, tiba-tiba muncul salah seorang mantan takmir menghampiri kita. Kemudian ikut nimbrungin tema obrolan yang kita bicarakan. Tidak tahu dari mana jluntrungnya (jawa: asal-usulnya), dengan tanpa ba bi bu aku keceplosan ngomong: "Aku kok pinginnya makan yang enak-enak ya???".
Temanku yang pertama tadi nyletuk: "udah bosen makanan dapur tho pak???" (ndak, tahu kenapa kita terbiasa manggil teman kita dengan sebutan pak, bukan akhiy...atau yang lain, hingga suatu ketika aku ada pengalaman lucu pas lagi jajan di warung. Temanku bilang, "pesan apa pak?", terang aja pemilik warung terheran dan terbengong, haah...... baapak??? anak sekecil ini kok udak jadi bapak ya? mungkin dia berpikir begithu, padahal kawin aja belum.. he he he).
"Iya nih, bosen banget....", kataku. Kemudian, mantan takmir tadi bilang: "ke ustad Ashad (nama samaran) aja, bareng aku!".
"Memangnya ada apa?" tanyaku padanya.
"Nieh, antar monitor buat dia" jawab Pardi, nama mantan takmir itu.
"Siip, aku ikut,sekalian silaurahmi dan lihat rumah barunya" tukasku cepat.
Tanpa pikir panjang kusanggupi tawaran itu (wah...pasti bakalan pesta besar nanti). Kebetulan, ustadz Ashad muncul dari arah timur, aku pun segera bilang ke dia bahwa aku pingin main ke rumahnya, sebagai penguatan. Eh.... ternyata, dia juga pas lagi butuh sama bantuan saya buat menservis PC dan backup data laptop punya adik iparnya.
Segera kupersiapkan diri, ganti baju dan celana. Setelah terlihat rapi, pakai minyak rambut dan minyak wangi, aku segera meluncur ke kediaman ustadz Ashad dengan mengendari sepeda motor. Kota Surabaya pada waktu pagi dan sore memang sering macet. Karena pada waktu itu memang saat-saatnya warga Surabaya baik pendatang maupun penduduk asli berangkat dan pulang beraktifitas. Dan mau nggak mau, kami pun juga terjebak kemacetan. Tapi, alhamdulillah kami sampai tujuan dengan selamat, Mendengar suara motor yang kami kendarai,ustadz segera keluar untuk menyambut kami.
Aku dan Pardi segera masuk. Di dalam rumah ternyata dua anak ustadz Ashad juga telah menunggu. mereka imut sekali, tatapan mata mereka mengisyaratkan kepolosan diri mereka dan itu membuat keduanya kelihatan manis. heeemmmm.... ingin rasanya meremas-remas pipi mereka karena gemas.
Nggak mau berlama-lama duduk di kursi, aku segera bertanya pada ustadz apa yang bisa aku bantu, nggak enak juga khan, kalo baru tiba langsung leyeh-leyeh. Ustadz Ashad segera mengajakku kebelakang untuk mengganti monitor yang rusak dengan yang baru. Tapi, sayang sekali ternyata komputer tersebut tidak bisa langsung digunakan. Dengan sedikit terpaksa (karena sebenarnya aku telah berazam untuk tidak membongkar komputer lagi semenjak terkena typus) aku pun segera membongkarnya, utak-atik sana-sini mencari solusi agar PC nyala kembali.
Nah, ketika sedang membersihkan slot memori, tiba-tiba saja kurasakan ada seseorang yang berusaha naik punggungku. Aku segera menoleh, ha... ternyata kedua anak ini tak semanis yang kusangka. Mereka berdua segera beraksi mencoba mengusik aktivitasku. Terang saja, aku yang sedang sibuk dibikin sebel dibuatnya. Ada-ada saja yang mereka lakukan, mulai mengambil obeng lah, pegang-pegang kabel power dan monitor, berusaha menaiki punggungku, berkelahi dengan saudaranya bahkan temanku tadi juga jadi korban.
Walau sebenarnya aku tahu kalau mereka masih anak-anak dan sedang mencari perhatian kami, tetapi kelakuan mereka memang menyebalkan. Tidak puas bikin usil dengan kami, mereka kemudian merengek pada ayah mereka meminta sesuatu yang entah aku nggak tahu dengan apa yang anak-anak maksudkan. Di luar kulihat semakin gelap dan terdengar suara adzan maghrib, kita segera istirahat dan menunaikan shalat.
Alhamdulillah, setelah membersihkan memori dan cek hardisk sehabis shalat, akhirnya komputer bisa nyala kembali. Tutup casing segera kupasang, tapi begitu kunyalakan, satu..... dua......tiga ....ehm.... ehm... waduh, ternyata komputernya mati lagi. Aku berpikir, apa yang salah ya??? setelah aku operasi lagi beberapa menit, akhirnya aku menyerah, rupanya komputer ini mungkin sudah saatnya di LEM BIRU (dilempar kemudian beli yang baru).
Dua anak tadi masih sibuk dengan rengekan mereka yang buat telinga ini jadi ..........
Mengetahui aku idak berhasil memperbaiki PC tadi, ustadz Ashad menyuruhku untuk membackup data di laptop yang akan dibawa ke service center. Karena datanya terlalu besar dan tidak mungkin jika dibackup ke DVD semua, akhirnya diputuskan untuk memindahkan di portable HDD aja.
Belum selesai membereskan peralatan, tiba-tiba saja anak yang paling gedhe mendekatiku minta diputarkan CD Dragon Ballz yang dimilikinya. Dia memaksa, aku tidak menuruti keinginan anak itu dan kuserahkan pada ayahnya. Sang ayah berusaha menjelaskan kalo laptopnya sedang diperbaiki dan belum bisa digunakan. Tetapi si kakak tadi tidak peduli dan terus memaksa. Rupanya, ustadzku tadi tetap bersikukuh tidak memutar film tadi, dan akhirnya tangisan anak itu mengusik keheningan.
Ustad Ashad berusaha untuk menenangkan putra kesayangannya dengan lemah lembut. Namun tidak berhasil, dan tangisan anak itu semakin menjadi. Hal itu karena ustadku tadi mulai menggunakan kekerasan dengan harapan dia kapok. Aku mengetahuinya dari kata-katanya: "tidak kapok sama pelajaran tadi ya mas?? minta lagi ya???".
Anak tadi memelas, tapi tetap memaksa agar diputarkan film Dragon Ballz.
"begini nieh,,, kalo terlalu sering memenuhi permintaanya", kata ustadz padaku
"Begitu ya???" aku mengangguk... meski aku kurang begitu setuju dengan ungkapan itu.
"Biasanya kalo sama umminya nurut kok" temenku Pardi berbisik padaku.
"Masak sieh?"... tanyaku
"Nggak kok, mereka cuma cari perhatian saja. Kalau ada tamu ya begini".
Tangisan anak itu baru reda, setelah kami pergi untuk melaksanakan shalat isya', akan tetapi ketika kembali dia belum berhenti dari ngambeknya. Selesai makan nasi dan srabi, kami segera pamit pulang, karena aku merasa tidak nyaman. Istri ustadzku telah datang dari kampus. Dan benar juga, mereka lebih nurut pada umminya.
Di tengah perjalanan hingga sampai asrama aku terus berpikir, "anak-anak tadi kok bisa senakal itu ya????"
Aku berpikir apa karena selama ini, mereka terlalu dekat dengan pembantunya atau memang karena terlalu dimanja???
Soalnya, ustadz saya tadi memang sejak pukul 07.30 hingga ba'da ashar berada dikampus, kemudian umminya dinas di keperawatan sampai siang dan sorenya pergi kuliah lanjutin studinya. Jadi mereka kurang begitu dekat dengan kedua anaknya.
Temanku yang pertama tadi nyletuk: "udah bosen makanan dapur tho pak???" (ndak, tahu kenapa kita terbiasa manggil teman kita dengan sebutan pak, bukan akhiy...atau yang lain, hingga suatu ketika aku ada pengalaman lucu pas lagi jajan di warung. Temanku bilang, "pesan apa pak?", terang aja pemilik warung terheran dan terbengong, haah...... baapak??? anak sekecil ini kok udak jadi bapak ya? mungkin dia berpikir begithu, padahal kawin aja belum.. he he he).
"Iya nih, bosen banget....", kataku. Kemudian, mantan takmir tadi bilang: "ke ustad Ashad (nama samaran) aja, bareng aku!".
"Memangnya ada apa?" tanyaku padanya.
"Nieh, antar monitor buat dia" jawab Pardi, nama mantan takmir itu.
"Siip, aku ikut,sekalian silaurahmi dan lihat rumah barunya" tukasku cepat.
Tanpa pikir panjang kusanggupi tawaran itu (wah...pasti bakalan pesta besar nanti). Kebetulan, ustadz Ashad muncul dari arah timur, aku pun segera bilang ke dia bahwa aku pingin main ke rumahnya, sebagai penguatan. Eh.... ternyata, dia juga pas lagi butuh sama bantuan saya buat menservis PC dan backup data laptop punya adik iparnya.
Segera kupersiapkan diri, ganti baju dan celana. Setelah terlihat rapi, pakai minyak rambut dan minyak wangi, aku segera meluncur ke kediaman ustadz Ashad dengan mengendari sepeda motor. Kota Surabaya pada waktu pagi dan sore memang sering macet. Karena pada waktu itu memang saat-saatnya warga Surabaya baik pendatang maupun penduduk asli berangkat dan pulang beraktifitas. Dan mau nggak mau, kami pun juga terjebak kemacetan. Tapi, alhamdulillah kami sampai tujuan dengan selamat, Mendengar suara motor yang kami kendarai,ustadz segera keluar untuk menyambut kami.
Aku dan Pardi segera masuk. Di dalam rumah ternyata dua anak ustadz Ashad juga telah menunggu. mereka imut sekali, tatapan mata mereka mengisyaratkan kepolosan diri mereka dan itu membuat keduanya kelihatan manis. heeemmmm.... ingin rasanya meremas-remas pipi mereka karena gemas.
Nggak mau berlama-lama duduk di kursi, aku segera bertanya pada ustadz apa yang bisa aku bantu, nggak enak juga khan, kalo baru tiba langsung leyeh-leyeh. Ustadz Ashad segera mengajakku kebelakang untuk mengganti monitor yang rusak dengan yang baru. Tapi, sayang sekali ternyata komputer tersebut tidak bisa langsung digunakan. Dengan sedikit terpaksa (karena sebenarnya aku telah berazam untuk tidak membongkar komputer lagi semenjak terkena typus) aku pun segera membongkarnya, utak-atik sana-sini mencari solusi agar PC nyala kembali.
Nah, ketika sedang membersihkan slot memori, tiba-tiba saja kurasakan ada seseorang yang berusaha naik punggungku. Aku segera menoleh, ha... ternyata kedua anak ini tak semanis yang kusangka. Mereka berdua segera beraksi mencoba mengusik aktivitasku. Terang saja, aku yang sedang sibuk dibikin sebel dibuatnya. Ada-ada saja yang mereka lakukan, mulai mengambil obeng lah, pegang-pegang kabel power dan monitor, berusaha menaiki punggungku, berkelahi dengan saudaranya bahkan temanku tadi juga jadi korban.
Walau sebenarnya aku tahu kalau mereka masih anak-anak dan sedang mencari perhatian kami, tetapi kelakuan mereka memang menyebalkan. Tidak puas bikin usil dengan kami, mereka kemudian merengek pada ayah mereka meminta sesuatu yang entah aku nggak tahu dengan apa yang anak-anak maksudkan. Di luar kulihat semakin gelap dan terdengar suara adzan maghrib, kita segera istirahat dan menunaikan shalat.
Alhamdulillah, setelah membersihkan memori dan cek hardisk sehabis shalat, akhirnya komputer bisa nyala kembali. Tutup casing segera kupasang, tapi begitu kunyalakan, satu..... dua......tiga ....ehm.... ehm... waduh, ternyata komputernya mati lagi. Aku berpikir, apa yang salah ya??? setelah aku operasi lagi beberapa menit, akhirnya aku menyerah, rupanya komputer ini mungkin sudah saatnya di LEM BIRU (dilempar kemudian beli yang baru).
Dua anak tadi masih sibuk dengan rengekan mereka yang buat telinga ini jadi ..........
Mengetahui aku idak berhasil memperbaiki PC tadi, ustadz Ashad menyuruhku untuk membackup data di laptop yang akan dibawa ke service center. Karena datanya terlalu besar dan tidak mungkin jika dibackup ke DVD semua, akhirnya diputuskan untuk memindahkan di portable HDD aja.
Belum selesai membereskan peralatan, tiba-tiba saja anak yang paling gedhe mendekatiku minta diputarkan CD Dragon Ballz yang dimilikinya. Dia memaksa, aku tidak menuruti keinginan anak itu dan kuserahkan pada ayahnya. Sang ayah berusaha menjelaskan kalo laptopnya sedang diperbaiki dan belum bisa digunakan. Tetapi si kakak tadi tidak peduli dan terus memaksa. Rupanya, ustadzku tadi tetap bersikukuh tidak memutar film tadi, dan akhirnya tangisan anak itu mengusik keheningan.
Ustad Ashad berusaha untuk menenangkan putra kesayangannya dengan lemah lembut. Namun tidak berhasil, dan tangisan anak itu semakin menjadi. Hal itu karena ustadku tadi mulai menggunakan kekerasan dengan harapan dia kapok. Aku mengetahuinya dari kata-katanya: "tidak kapok sama pelajaran tadi ya mas?? minta lagi ya???".
Anak tadi memelas, tapi tetap memaksa agar diputarkan film Dragon Ballz.
"begini nieh,,, kalo terlalu sering memenuhi permintaanya", kata ustadz padaku
"Begitu ya???" aku mengangguk... meski aku kurang begitu setuju dengan ungkapan itu.
"Biasanya kalo sama umminya nurut kok" temenku Pardi berbisik padaku.
"Masak sieh?"... tanyaku
"Nggak kok, mereka cuma cari perhatian saja. Kalau ada tamu ya begini".
Tangisan anak itu baru reda, setelah kami pergi untuk melaksanakan shalat isya', akan tetapi ketika kembali dia belum berhenti dari ngambeknya. Selesai makan nasi dan srabi, kami segera pamit pulang, karena aku merasa tidak nyaman. Istri ustadzku telah datang dari kampus. Dan benar juga, mereka lebih nurut pada umminya.
Di tengah perjalanan hingga sampai asrama aku terus berpikir, "anak-anak tadi kok bisa senakal itu ya????"
Aku berpikir apa karena selama ini, mereka terlalu dekat dengan pembantunya atau memang karena terlalu dimanja???
Soalnya, ustadz saya tadi memang sejak pukul 07.30 hingga ba'da ashar berada dikampus, kemudian umminya dinas di keperawatan sampai siang dan sorenya pergi kuliah lanjutin studinya. Jadi mereka kurang begitu dekat dengan kedua anaknya.
Aku sich belum punya anak, tpi keponakan..mungkin saja itu terlalu manja, segala sesuatu yang di inginkan di turuti.
BalasHapusTpi keras boleh di berikan, dengan tindakan tegas bukanlah fisik..krena menurutku fisik dapat mempengaruhi pertumbuhan jiwana, dari semenjak dini.
Tpi jika tegas, dan anak sudah mengerti akan lebih baik.
Insya Allah
senakal apapun seorang anak dia adalah amanah dari Allah kepada kita
BalasHapuscari perhatian gitu ya entahlah pikiran anak kecil memang begitu sering mencari perhatian duh cara mengarahkan mereka memang sulit
BalasHapusApakah Anak nakal merupakan ujian??? Pantaskah kita menyayangi dan memanjakan anak terlalu berlebihan???
BalasHapusSecara teori ya (krn blm menikah) :) anak2 hrs disikapi seimbang, amal orangtua, dan DOA. Jangan dituruti segala permintaanya, komunikasi yg efektif, dan ajak mencerna situasi sesama anak2 selain mereka.
BalasHapusMari belajar bareng-bareng hehe..
anak2 emang gini kak, aku juga punya keponakan iiihhhhh amit2 deh nyebelin banget tuh anak kecil.
BalasHapustapi bakal beda lagi kalo kita mikir, suatu saat nanti kita juga bakal jadi orang tua, sekalian aja belajar liat perilaku anak2 kak. haha.
:p
hhahhaha, mungkin mereka gak nakal,cuman hiperaktip aja *bedanya.apa.yak*
BalasHapustapi bener deh, kalo ngadepin bocah macam ntu..serasa pengen gue makan..*oke.cuman.becanda*
namanya juga anak-anak ya... mungkin kita waktu kecil dulu juga kayak gitu, maka sekarang mereka juga bersikap seperti itu pada kita
BalasHapussalam hangat dari blogger
UMY
anak tsb nakal atau tidak tergantung cara orang tuanya gimana harus mendidik. Sebab2 anak jadi terbilang nakal karena peran keluarga dan lingkungan. Emang nyebelin sih tp ada baiknya cari tahu masalahnya supaya anak tsb tidak nakal tentunya dgn pendekatan yg lebih di mengerti oleh anak, bukan malah semaunya orang tua.. Hehe
BalasHapusSelain LEM BIRU juga ada LEM KUNING (Lempar ganti maning).
BalasHapusKenakan anak mungkin lebih mudah diatasi, lebih susah lagi kenakalan orang tua. udah tau salah masih nakan (ndableg.co.id)
Anak-anak menjadi nakal pasti ada yang mengajarinya iya kan...
BalasHapus@SARAH: begtu ya?
BalasHapus@JOE: Betul-betul-betul
@NINDA: iya, apalagi pas ada orang asing
@Anak ShaleH: waduh, bagaimana Ya???
@DIAN EKA: Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ya??
@SRIII: jadi pingin segera punya momongan nieh..
@OPI: masak jeruk mkan jeruk... he heh
@Djangan Pakis: Seperti itu kah?
@CHOIRUL: he eh... masa anak-anak adalah masa yang paling enak, meski terkadang banyak nangisnya he he he
@YAYACK: tapi yang namanya anak-anak kan sering rewel...
@UDE BAHA: karena merasa udah pinter, jadi suuusah diatasi, ya tho???
@KAMAL HAYAT: mungkin....
Dengan sedikit terpaksa (karena sebenarnya aku telah berazam untuk tidak membongkar komputer lagi semenjak terkena typus) aku pun segera membongkarnya, utak-atik sana-sini mencari solusi agar PC nyala kembali.
BalasHapuskenapa?